Memahami Cara Kerja Karburator Motor| Panduan Sederhana Untuk Pemula
Sebagai seorang pemilik kendaraan roda dua alias sepeda motor, tentu sudah sering mendengar istilah “karburator”. Walau sudah tidak asing lagi dengan istilah ini, masih cukup banyak jg pemilik motor yang belum paham tentang fungsi peranti vital yang satu ini. Terutama kategori rider pemula yang awam permotoran, persis seperti yang saya alami saat pertama kali punya Satria FU. Sebagai orang awam motor, saya hanya bisa manggut manggut sok ngerti saja saat ngumpul bersama kawan kawan FUers lalu mereka dengan semangat berdiskusi tentang seting karburator. Lha jangankan saya tahu jenis jenisnya atau cara mensetingnya, mengerti teori atau cara kerja nya pun enggak, hehe. Namun seiring berjalannya waktu, bertanya, membaca, dan coba otak atik karburator milik sendiri, ya sedikit sedikit akhirnya rada ngerti juga tentang si pengabut bensin ini. Nah di artikel ini, saya coba menceritakan kembali sedikit ulasan dasar tentang cara kerja karburator motor, saya rangkum dari berbagai sumber dan referensi, mudah mudahan dapat membantu sesama newbie yang belum begitu paham tentang prinsip cara kerja karburator.
I. FUNGSI KARBURATOR
Sebagai mesin bakar, kita tahu bahwa motor kita ini perlu bahan bakar untuk bisa menyala dan beroperasi (selain juga adanya kompresi dan api). Nah karburator inilah otak utama yang bertanggung jawab pada pasokan/supply bahan bakar untuk kelangsungan operasional mesin motor kita. Pengertian ‘bahan bakar’ disini bukan hanya sekedar bensin, melainkan dalam bentuk campuran bensin + udara dalam komposisi tertentu. Makanya anda tak bisa menyalakan mesin dengan cara mengguyur / mengucurkan bensin langsung dari tangki ke dalam ruang bakar mesin. Bukannya idup, yang ada malah basah kuyup motor kita. hehehe. Disinilah peran karburator dibutuhkan, karena karburator dirancang untuk memproduksi campuran bensin + udara yang SIAP dibakar diruang bakar mesin, ready to burn. Yaitu dengan cara memecah bensin yg ada dimangkuk karbu menjadi partikel partikel kecil (dikabutkan seperti halnya sistem spray pada semprotan baygon) lalu mencampurnya dengan partikel oksigen dari udara luar, baru kemudian mengirimkan campuran siap bakar ini ke dalam mesin. Jrengg….nyala deh motor.
Mixture Ratio / Air Fuel Ratio (AFR)
Untuk bisa dibakar dengan baik, bensin dan udara harus dicampur dalam jumlah perbandingan atau komposisi tertentu, istilah kerennya Mixture Ratio atau Air Fuel Ratio (AFR). Komposisi atau perbandingan udara+bensin yang ideal untuk pembakaran mesin menurut teori adalah 14,7gr udara untuk setiap 1gr bensin (14,7 : 1). Walau pada prakteknya, tidak mungkin selalu mendapatkan angka yg tetap karena kondisi internal mesin dan juga kondisi eksternal lingkungan yg dinamis alias dapat berubah-ubah yang berpengaruh pada suplai mixture karburator, sehingga rentang 12: 1 sampai dengan 15:1 sudah bisa dikategorikan ideal. Komposisi ideal artinya komposisi bensin+udara yang memungkinkan bisa dibakar dimesin tanpa meninggalkan sisa bensin atau sisa udara yg tidak terbakar, dengan kata lain Terbakar tuntas. Dari sinilah kemudian timbul istilah populer yang sering kita dengar di pembahasan soal seting karbu; yaitu “setingan basah vs setingan kering” atau “campuran kaya vs campuran miskin”. Itu bukan ngomongin musim hujan atau banyak banyakan duit ya pemirsa, hehehe. Setingan basah (rich mixture) artinya komposisi udara lebih sedikit dari kondisi ideal, misalnya 10gr udara :1gr bensin (AFR 10:1). Setingan kering (lean mixture) artinya komposisi udara lebih banyak dari kondisi ideal, misalnya 17gr udara :1gr bensin. Setingan kebasahan membuat terlalu banyak bensin dibanding udara yang masuk ke mesin, sehingga pada saat pembakaran meninggalkan sisa bensin yang belum terbakar. Setingan kekeringan ya sebaliknya, pada saat pembakaran meninggalkan sisa udara yang gagal dibakar didalam mesin. Oleh karena itu, usaha untuk mendapatkan komposisi campuran udara+bensin Ideal inilah sesungguhnya yg jadi tujuan utama dari “setting karburator’ atau disebut juga JETTING.
Lalu bagaimana caranya kita bisa tahu bahwa campuran bensin udara karburator kita sudah ideal ? Memang ada alat ukurnya yang disebut AFR Meter, tapi karena tak banyak orang punya alat ini, sebagian besar rider atau tuner lebih sering mendiagnosa AFR dengan mengenali dan merasakan langsung gejalanya di mesin, juga dengan bantuan membaca kondisi penampakan busi. Nah, untuk soal seting mensetting karbu ini lebih baik dibahas terpisah nanti diartikel
II. PRINSIP KERJA KARBURATOR
Prinsip kerja karburator sebenarnya cukup sederhana yaitu dengan memanfaatkan dua prinsip dasar :
1. Prinsip Tekanan udara atau istilah kerennya atmospheric pressure.
Mungkin pemirsa masih ingat sedikit pelajaran IPA entah itu waktu sd, smp atau sma, yang menyebutkan bahwa udara akan berpindah atau mengalir dengan sendirinya dari suatu tempat yg bertekanan lebih tinggi menuju tempat yg bertekanan lebih rendah. Nah, pada mesin 4 tak alias 4 langkah seperti halnya satria FU, kevakuman/tekanan rendah tercipta didalam ruang silinder pada saat langkah hisap (piston bergerak dari titik mati atas/TMA ke Titik Mati Bawah/TMB). Karena tekanan udara diluar silinder lebih tinggi, maka udara akan bergerak dari luar melewati lorong karburator, melewati intake, saluran porting, dan klep IN yang sedang terbuka menuju silinder dan kemudian mengisi ruang disana sehingga akhirnya tekanan udara didalam silinder kembali seimbang dengan tekanan udara diluar silinder. Nah udara yang bergerak mengalir dari luar melewati lorong karburator inilah yang kemudian dipakai sebagai media transportasi untuk mengangkut atau membawa serta kabut bensin yang diproduksi karburator. Boncengers gan…hehe
Lorong / saluran utama didalam karburator disebut sebagai Venturi. Dengan beberapa ukuran seperti misalnya Karbu standar Satria FU (Mikuni BS26) yang memiliki diameter venturi 26mm, atau karbu Keihin PE28 yang memiliki diameter venturi 28mm. Lorong karbu dirancang lebih lebar di moncong karbu dan menyempit didalam supaya aliran udara dapat bergerak cepat saat memasuki venturi. Karena aliran udara akan bergerak semakin cepat saat harus melewati ruang yang lebih sempit. Seperti halnya aliran air pada sungai yang semakin deras saat memasuki bagian sungai yang menyempit. Atau air yang memancar lebih deras pada selang yang lebih kecil. Kaidah fisika juga menyatakan bahwa semakin cepat flow atau aliran udara disuatu ruang, maka tekanan udara nya justru semakin turun didalam ruang tersebut. Berdasarkan prinsip ini, udara yang bergerak cepat sepanjang lorong venturi menyebabkan tekanan udara didalam lorong venture menjadi turun, lebih rendah dari tekanan udara normal didalam mangkok karbu (nilai atmospheric pressure normal berkisar 15psi, makanya ada lubang Ventilasi di mangkok karbu untuk menjaga tekanan tetap normal didalam mangkuk). Nah, perbedaan tekanan di lorong venturi dengan di dalam mangkuk karbu ini memungkinkan bensin dari mangkok seperti terhisap mengalir naik keatas menuju lorong venturi dan ikut tercampur dengan aliran udara disana menuju mesin.
III. Tipe dan Konstruksi Karburator
Walau hanya sekilas, namun supaya tidak bingung nantinya, saya rasa perlu disinggung terlebih dahulu tentang adanya dua jenis tipe karburator yg paling sering kita temui yaitu Tipe Karburator Vakum (Constant Velocity Carburetor) contohnya ya karbu standar FU, Mikuni BS26. Dan satu lagi yaitu tipe Karburator Konvensional atau disebut juga Karbu Skep (Slide Carburetor / Variable Venturi Carburetor), contohnya adalah karbu Keihin PE28, Keihin PWK28, Mikuni VM28, dsb.
Dua tipe karburator ini sebetulnya tetap bekerja berdasarkan prinsip yang sama seperti yang dijelaskan di bab diatas (prinsip tekanan udara dan venturi effect), hanya saja ada sedikit perbedaan pada mekanisme pengaturan naik turun skep nya. Karbu konvensional naik turun skep langsung terhubung kabel dengan grip gas, sedangkan di karbu vakum, naik turun skep tidak langsung terhubung grip gas, tp melalui perantara katup kupu-kupu terlebih dahulu. Untuk selanjutnya, supaya lebih mudah dipahami, ilustrasi gambar yang saya pakai akan lebih banyak mencomot dari tipe karburator konvensional / skep karena saya rasa lebih sederhana dan bisa lebih mudah dicerna oleh pembaca.

Diagram konstruksi karbu diatas terlalu rumit dan sulit dimengerti?
Tenang, kita akan ulas bertahap satu persatu per bagian supaya lebih mudah dipahami.
Seperti kita tahu, operasional sepeda motor kita ini digunakan secara dinamis. Kadang santai, Kadang buru buru. Kadang pelan, kadang ngebut. Kadang dipanteng, kadang dibejek. Pokoknya bervariasi lah. Setiap perbedaan penggunaan ini tentunya membutuhkan jumlah suplai bahan bakar yang bervariasi pula. Kecepatan tinggi tentu membutuhkan supply bahan bakar lebih banyak dibanding pada kecepatan rendah, demikian juga sebaliknya. Untuk itulah konstruksi karburator dirancang oleh insinyurnya sedemikian rupa supaya dapat memenuhi supply bahan bakar secara dinamis menyesuaikan dengan kebutuhan penggunaan mesin yang bervariasi itu. Didalam karburator terdapat beberapa jalur atau istilah teknisnya disebut ‘metering circuit’, yaitu jalur jalur yg berfungsi untuk “metering” atau mengatur jumlah debit bensin+udara yang akan dikirim ke mesin. Untuk kepentingan praktis pembahasan disini, kita akan persempit mekanisme metering circuit ini menjadi hanya dua sirkuit saja yg paling penting untuk keperluan setting yaitu Pilot circuit dan Main Circuit. Sebetulnya ada yg lain seperti misalnya Starter Circuit, tapi hanya dimaksudkan untuk mempermudah pembakaran saat kondisi mesin dingin. Ada juga yang disebut Power Jet circuit yang hanya ada dibeberapa karbu tertentu. Circuit circuit pendukung ini akan kita kesampingkan saja dulu.
Lalu bagaimana sebuah karburator dapat menentukan circuit mana yang harus diaktifkan untuk melayani mesin motor yang selalu dinamis ?
Yaitu dengan mengacu pada angkatan skep yang naik turun sesuai pelintiran grip gas. Perlu ditekankan disini bahwa sirkuit mana yang berperan akan ditentukan oleh seberapa tinggi angkatan skep (seberapa dalam anda membuka grip gas pada saat itu), bukan ditentukan oleh putaran mesin /RPM. Istilah putaran rendah, sedang atau tinggi bukanlah merupakan ‘sebab’, melainkan sebuah ‘akibat’ atau efek dari variasi jumlah bahan bakar yang masuk ke mesin. Posisi angkatan skep lah yang sesungguhnya berfungsi sebagai pengatur hambatan/restriksi aliran udara yang bisa melewati lorong venturi karbu, dengan sendirinya jg mengatur tekanan udara rendah yg dibutuhkan untuk menarik bensin keluar dari mangkuk.

1. PILOT CIRCUIT : Berperan dari bukaan 0 (Langsam) s.d. ¼ bukaan skep.
Pilot circuit juga sering disebut sebagai Low Speed System, karena sangat terasa pengaruhnya pada saat motor dikendarai di kecepatan rendah.
Bagian-bagian dari pilot circuit adalah :

b. Air Jet atau Air Bleed, berfungsi sebagai jalur masuknya udara dari moncong karbu yang akan dicampur dengan bensin dari pilot jet. Jumlah udara yang bisa melewati saluran air jet diatur oleh sebuah sekrup pengatur (adjustment screw). Biasanya ada 3 jalur airbleed di moncong karbu, satu suplai ke pilot jet, satu ke main jet, dan satu lg ke sistem chuk. Sebagai contoh dapat dilihat di foto moncong karbu milik saya sendiri, yaitu karbu Shengwei yang merupakan replika dari Mikuni VM30.


d. Coakan skep atau slide cutaway. Pada praktek setting karbu pada umumnya, bagian ini jarang sekali disentuh atau dirubah rubah, biasanya dipercayakan pada kondisi standarnya. Coakan skep adalah bagian terbuka dipantat skep. Walau skep tertutup penuh, bagian ini tetap memberi ruang buat udara untuk masuk. Semakin besar coakan atau cutaway nya, semakin banyak udara yang masuk dan semakin kering campuran mixture. Efek perubahan cutaway terasa di 1/8 sampai 1/4 skep, bahkan sampai 1/2 bukaan skep sebagai transisi ke putaran tengah. Namun karena lazimnya part ini dibiarkan standar, maka tidak akan dibahas detail di artikel ini.
Bagaimana sih sesungguhnya mekanisme Pilot Circuit ini bekerja ?

Jadi begini. Pada saat skep masih tertutup penuh dari langsam sampai dengan tinggi angkatan ¼, pada saat itu hanya ada sedikit celah saja dibawah skep yang tersedia udara mengalir di lorong karbu. Aliran udara yang sedikit ini tidak cukup menciptakan tekanan rendah dilorong karbu yang dibutuhkan untuk menarik bensin keluar dari jalur utama main jet. Untuk itu, diperlukan jalur circuit khusus yang bisa tetap mensuplai mixture ke mesin, yaitu jalur pilot jet dari mangkuk untuk mensuplai bensin, dikombinasi dengan jalur air bleed dari moncong karbu yang mensuplai udara untuk memudahkan pengabutan bensin. Jumlah bensin diatur ukuran pilot jet, jumlah udara diatur bukaan skrup setelan angin / air screw. Muara jalur ini keluarnya di dekat venturi / arah manifold dengan 2 lubang keluar, yaitu lubang pilot outlet yang terletak diluar bibir skep, dan lubang by pass yang terletak persis didalam bibir skep. Dengan begitu, pilot outlet tidak terpengaruh walaupun skep tertutup penuh. Dengan hanya mengandalkan hisapan kevakuman ruang silinder mesin, pilot outlet tetap mampu mengalirkan suplai mixture yang dibutuhkan mesin untuk menyala. Tapi ketika skep sedikit diangkat/terbuka (langsam), aliran udara dari lorong mulai bertambah masuk dari celah skep. Pada kondisi ini, suplai bensin dari pilot outlet saja tidak cukup untuk mengimbangi jumlah udara, untuk itu kekurangan suplai bensin dibantu oleh tambahan pasokan dari lubang bypass.
Mekanisme lebih lengkap dari pilot circuit dapat ditelaah dari diagram berikut ini

2. MAIN CIRCUIT : Berperan dari ¼ bukaan skep sampai Full throttle (gas poll).
Main circuit atau sirkuit utama juga biasa disebut sebagai High Speed System, karena sangat terasa pengaruhnya dari kecepatan menengah sampai kecepatan puncak.
Bagian – bagian dari Main circuit terdiri dari :

a. Jarum Skep (Jet Needle): Part satu ini pasti sudah tidak asing lagi buat pemirsa.
Sesuai namanya ya bentuknya memang seperti jarum, batang panjang yang meruncing pada ujungnya. Jarum skep berfungsi sebagai pembuka dan penyumbat jalur keluar bensin dari main jet ke venturi. Pada beberapa jenis karburator, jarum skep dilengkapi dengan setelan klip di pangkalnya untuk mengatur ketinggian jarum, yang berpengaruh pada clearance (celah) diantara jarum dan penampangnya yang nantinya akan menjadi jalan lewat bensin dari main jet ke venture.
Selain setelan ketinggian klip, celah atau clearance ini juga dipengaruhi oleh profil atau bentuk jarum skep. Diantaranya diameter jarum (gemuk vs kurus), taper /keruncingan jarum (landai vs curam), dirancang secara presisi oleh pembuat karbu sehingga perbedaan sekian micron pun berpengaruh pada clearance nya.
b. Nosel (Needle Jet) : adalah pasangan dari Jarum skep. Nosel ini berbentuk pipa yang berfungsi sebagai penampang/sarung/selongsong atau lintasan bagi jarum skep yg bergerak naik turun didalam nosel. Seperti halnya coakan skep (cutaway), nosel juga jarang dirubah rubah atau disentuh pada saat setting karbu. Karena memang jarang ada part penggantinya. Berbeda dengan pasangannya yaitu jarum skep, mudah didapatkan jarum ‘racing’ yang bisa diaplikasi untuk mengganti jarum standarnya.
c. Main Jet : adalah pintu keluar utama bensin dari mangkuk karbu. Main jet terhubung langsung ke nosel. Jika pilot jet berperan di kecepatan rendah, maka main jet berperan untuk kecepatan tinggi. Seperti halnya pilot jet, Main jet juga memiliki berbagai nomor ukuran. Semakin besar ukuran mainjet, semakin banyak debit bensin yang dapat disalurkan. Contoh ukuran Main Jet standar karbu FU adaah 110.
Bagaimana mekanisme Main Circuit alias sirkuit utama ini bekerja ?

Pada saat gas dipelintir lebih dalam, skep naik diatas ¼ angkatan, membuka pintu aliran udara menjadi lebih deras di lorong karbu. Tekanan rendah yang tercipta pada kondisi ini memadai untuk menarik bensin naik dari mangkuk melalui jalur main jet. Pada operasional kecepatan menengah ini, seberapa banyak jumlah bensin yang bisa naik keluar ke venturi akan ditentukan oleh celah clearance sumbatan jarum skep didalam nosel. Semakin naik jarum skep, semakin lapang pula jalan keluar bensin dari main jet. Sampai akhirnya ketika skep naik melebihi ¾ angkatan (full throttle), jarum skep terangkat sepenuhnya dari nosel, memberi ruang bebas tanpa hambatan untuk jalur bensin dari main jet. Sehingga pada kondisi gaspol atau full throttle ini, jarum skep sudah tidak lagi berfungsi, debit bensin hanya tinggal dibatasi ukuran main jet saja.
Perlu juga diketahui bahwa pada main circuit pun ada jalur air jet terpisah yg mengalirkan sebagian udara dari moncong karbu terhubung ke jalur main jet/nosel, tapi air jet ini tidak bisa diatur oleh skrup airscrew seperti halnya jalur air jet yang terhubung ke pilot jet. Jadi sebelum sampai ke venturi, bensin yang melalui main jet dan nosel sudah dicampur terlebih dahulu (dikabutkan) dengan udara yang disuplai dari jalur air jet. Baru kemudian mixture ini bergabung dengan aliran udara di lorong karbu/venturi.
Pemirsa, berhubung saya sudah tak punya karbu Keihin PE28 yang populer untuk contoh artikel, dirumah adanya cuma karbu china yang nemplok di Satria FU saya. Jadi saya ambil saja foto fotonya untuk artikel ini, mudah2an dapat lebih memperjelas contoh ilustrasi part part didalam karburator.




Fiuhhh..tak terasa panjang juga ya ulasan tentang si karburator ini. Walau sederhana, peran peranti satu ini memang vital. Pemahaman tentang dasar logika karburator ini menurut saya perlu sekali dipahami oleh seorang rider atau bikers. Dengan memahami cara kerja dasarnya, setidaknya kita dapat lebih mudah mendiagnosa dan mencari solusi ketika ada masalah pada performa karbuartor motor kita.
Terkait setting atau jetting karburator, saya rasa akan terlalu panjang kalau dibahas disini. Walaupun saya juga masih kurang pengalaman soal setting karburator, tapi biarlah nanti di kesempatan berikutnya saya akan coba menulis tentang dasar-dasar setting karburator motor yg bisa diterapkan sendiri oleh rider awam seperti halnya saya sendiri.
Jika anda suka artikel ini, mohon sudi membantu menSHARE nya kepada teman teman yang lain.
Sampai Jumpa di artikel selanjutnya.
Panduan Dasar Setting Airscrew (Setelan Angin) Karburator
Setting karbu itu gak susah, tapi juga gak gampang, hehe. Dasar cara
kerja karburator sebetulnya sama.
Namun walaupun sama, setiap motor tak selalu sama persis lhoo
setingannya. Bisa saja terjadi setingan yang enak disatu motor, kurang
enak dipake motor lain, padahal jenis karbu dan spek motornya sama.
Makanya wajar, banyak rider yang sampe jauh-jauh mendatangi bengkel
tertentu hanya karena untuk ‘disetingin’ karburatornya. Kalo ditanya,
ngapain jauh-jauh dateng kesitu? jawabnya; soalnya disini enak setingan
karbunya bro.
Nah bicara soal seting karbu, minggu kemarin ceritanya saya bertemu dengan bro Joko, itu lho, empunya FU Lone Rider
yang sanggup tembus 160 kpj dgn hanya modal 3 pilar. Kami janjian
ketemu karena saya ingin menjajal salah satu knalpot handmade
rancangannya. Sekalian ketemu, saya juga menawarkan kepadanya siapa tau
mau menyumbang tuisan di rubrik artikel tamu http://harianotomotif.blogspot.com satria155.com. Dan joko pun
mengiyakan. Dan berikut inilah coretan singkat dari Ki Joko,
menjelaskan tentang salah salah satu aspek penting dalam setting
karburator, yaitu menyeting Airscrew alias puteran angin. Dan menurut
saya layak dishare disini, karena masih banyak kok rider yang sama
sekali gak tahu atau mungkin ‘gak berani’ setting airscrew sendiri.
Padahal part yang satu ini cukup krusial mempengaruhi kinerja
karburator. Mudah2an dengan panduan dari bro Joko ini bisa bermanfaat
untuk rider FU khususnya spy bisa menyeting karbunya sendiri (PE28
ataupun karbu standar).
———
MAKSIMALISASI KINERJA KARBU LEWAT SETING AIRSCREW SESUAI KEBUTUHAN
Writen by The Lone Rider, Joko Prasetyo Subangun Bantal
Seperti yang kita ketahui, karbu adalah piranti pencampur antara udara dan bensin yg akan mengubah menjadi butiran spray/uap yg nantinya akan masuk kedalam mesin lewat intake/manifold, dgn campuran udara dan bensin yg pas atau bahasa teknisnya dgn AFR (air fuel ratio) yg pas maka performa motorpun akan optimal sebagaimana seharusnya.
Pada karbu skep, yg bertugas untuk mengatur debit udara adalah baut airscrew.
Sebelumnya perlu diketahui jg, bahwa setting airscrew karbu utamanya adalah untuk mengoptimalkan kinerja putaran bawah alias kinerja pilot jet (0-5rb RPM)..,walaupun secara keseluruhan jg berpengaruh kepada kinerja mainjet dan jet niddle (jarum skep) diputaran menengah dan atas.
Perlu diketahui juga, setting airscrew karbu bukanlah segalanya. Tetapi kesesuaian besaran angka pilot jet dan main jet juga berpengaruh, artinya kalo pilot jet/main jet kekecilan atau kegedean walaupun airscrew karbu disetting sampai lumutan ya tetep aja gak bisa optimal.
Nah adapun cara setting karbu yg umum dilakukan oleh para mekanik dan bisa diterapkan oleh kita adalah sebagai berikut..
Langkah diatas adalah cara setting paling dasar untuk keperluan harian, adapun untuk tingkat mekanik expert yg untuk balap patokan settingnya lain lg…gak selalu mengacu pada teriakan mesin disaat air screw mulai dibuka…,tetapi disesuaikan dgn kebutuhan track.
Kita ambil contoh FU si lone rider saya :
Untuk dipake 500m cukup pakai PJMJ 38/118..dari putaran bwh udh gesit..13.500RPM enteng diraih, nah PJ/MJ segitu kalo dipaksa 800meter mesin terasa kering dan panas..dan busipun putih. Sedangkan untuk track 800m saya pake PJMJ 38/120 atau 40/118. Tapi untuk touring saya pake 38/120 hanya air screwnya saya kurangin 1/4 putaran (setingan basah).
Sebenarnya kalo motor mau akselerasinya lebih cepet bikin aja setingan kering..PJ-MJ gak usah terlalu besar..,tp itu hanya untuk jarak pendek.
Sekian dan semoga bermanfaat.
Ini cuman coretan iseng aja sebelum bobo tadi malem. Sekedar cuplikan
diskusi dari sebuah pertanyaan sederhana yang dilemparkan seorang
member forum FU di facebook. Bunyinya begini:
Berarti setingan karbu tadinya sebenernya cenderung:
A. Kekeringan (miskin)?
atau
B. Kebasahan (kaya)?
———
Hehe, seru juga. Sayapun turut nimbrung urun komentar. Berikut ini saya kopikan tanggapan saya waktu itu, saya rapikan lg sedikit disini biar lebih enak dibaca.
MY RESPON:
Nambahin penjelasan ah siapa tau dapet hadiah..:D
mudah2an pertanyaan brader Achmadd Mujahidd bisa lebih terjawab.
Jadi begini, sumber misterinya dari kasus begini simpelnya karena ‘perubahan kandungan oksigen (O2) diudara’ yang efeknya mempengaruhi setingan karbu (AFR). Kalo brader masih ada yg belum paham tentang AFR silahkan baca baca sendiri aja di google.
Logika dasarnya :
-Semakin padat molekul oksigen diudara, AFR jadi lebih miskin (kering)
-Semakin sedikit molekul oksigen diudara, AFR jadi lebih kaya (basah)
Tiga faktor yg mempengaruhi :
a. SUHU udara. Semakin panas udara, semakin tipis/sedikit oksigen
b. KETINGGIAN lokasi (atitude /dihitung dari permukaan laut). Semakin tinggi lokasi= semakin tipis oksigen.
c. KELEMBABAN (kandungan air di udara). Semakin lembab = semakin dikit oksigen (O2), karena terkontaminasi unsur air (H2O)
Dikasus brader Achmad ini yg motor malah jadi enak waktu kondisi hujan, sepertinya karena faktor C, Kelembaban udara.
Saat hujan kan udara lembab, molekul oksigen yg bisa diserap karbu saat itu jadi lebih sedikit dari biasanya karena banyak kandungan air di udara. Nah kemungkinan setingan karbu bro achmad ini awalnya cenderung terlalu KERING (kebanyakan udara). Sehingga kurangnya pasokan oksigen saat kondisi hujan malah bikin AFR jadi lebih ideal dari sebelumnya. Bukannya jadi brebet, lha motor malah jadi enakan
. Lain halnya kalo setingan awalnya sudah ideal atau sudah kaya,
dikasi ujan-ujanan ya jadi blebek karena AFR jadi makin basah akibat
suplai udara berkurang.
Tapi diskusi belum selesai sampai disitu, seorang kawan lain melontarkan pertanyaan susulan yang juga menarik. Saya tafsirkan begini:
Jadi memang harus dibedakan antara kondisi cuaca dingin vs cuaca Hujan.
Kalo udara dingin tapi kering (gak lembab), faktor A iya berlaku. Setingan karbu akan lebih kering karena partikel oksigen padat diudara.
Tapi pada saat HUJAN jadi lain ceritanya walo saat itu suhunya dingin.
Bisa dibilang kondisi Hujan ini adalah kondisi khusus. Saat kondisi hujan, faktor C (kelembaban udara) lebih berperan karena partikel air sangat dominan diudara. Komposisi mixture (AFR) cenderung lebih basah (kaya) dari biasanya karena oksigen yang bisa dicampur jadi berkurang walo debit udara yang masuk ke karbu volumenya sama.
Prakteknya, antara faktor A, B, dan C memang jarang berdiri sendiri-sendiri. Kondisi-kondisi lingkungan tersebut seringkali terjadi berbarengan, misalnya ya tadi, Dingin sekaligus hujan, padahal efeknya bertentangan. Atau misalnya lingkungan didaerah pegunugnan (puncak); cuaca dingin + lokasi tingi diatas permukaan laut. Dingin = oksigen padat, tapi tempat tinggi = oksigen seharusnya lebih tipis. Belum lagi kalo ditambah hujan pula. Makin pusing dah tuh nyeting karbunya…hahaha.
Jadi memang pasti akan ada ‘kompromi’ dari kombinasi berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi setingan karbu. Untuk pemakaian motor harian seperti kita-kita ini sih sebenarnya gak terlalu masalah. Yang penting tidak over kering atau over basah, cukuplah. Tapi bagi para tuner dan pembalap di trek? hmmm bisa jadi bikin mumet itu. hehe.
Kesimpulan: Take home lesson for daily rider (khususnya pengguna PE28 dan semacamnya)
Jika -dan hanya jika- setingan karbu emang udah enak alias ideal dari awalnya, silahkan lakukan penyesuaian Setting Karburator seperlunya (kalau dibutuhkan) saat menemui kondisi berikut ini:
———
MAKSIMALISASI KINERJA KARBU LEWAT SETING AIRSCREW SESUAI KEBUTUHAN
Writen by The Lone Rider, Joko Prasetyo Subangun Bantal
Seperti yang kita ketahui, karbu adalah piranti pencampur antara udara dan bensin yg akan mengubah menjadi butiran spray/uap yg nantinya akan masuk kedalam mesin lewat intake/manifold, dgn campuran udara dan bensin yg pas atau bahasa teknisnya dgn AFR (air fuel ratio) yg pas maka performa motorpun akan optimal sebagaimana seharusnya.

Sebelumnya perlu diketahui jg, bahwa setting airscrew karbu utamanya adalah untuk mengoptimalkan kinerja putaran bawah alias kinerja pilot jet (0-5rb RPM)..,walaupun secara keseluruhan jg berpengaruh kepada kinerja mainjet dan jet niddle (jarum skep) diputaran menengah dan atas.
Perlu diketahui juga, setting airscrew karbu bukanlah segalanya. Tetapi kesesuaian besaran angka pilot jet dan main jet juga berpengaruh, artinya kalo pilot jet/main jet kekecilan atau kegedean walaupun airscrew karbu disetting sampai lumutan ya tetep aja gak bisa optimal.
Nah adapun cara setting karbu yg umum dilakukan oleh para mekanik dan bisa diterapkan oleh kita adalah sebagai berikut..
- Posisikan motor di standart tengah
- Nyalakan mesin
- Putar/tutup air screw, seiring dgn makin menutupnya baut air screw maka motor akan brebet, nah pertahankan agar mesin tidak mati dgn menyesuaikan lewat bukaan handle gas di stang, tahan di kisaran RPM 4-5rb.
- Saat posisi airscrew sudah tertutup dan mesin sudah brebet…,maka putar/bukalah air screw perlahan-lahan..seiring bukaan air screw maka mesinpun akan mulai berteriak/RPM akan naik dgn sendirinya walopun handle gas kita tahan diposisi semula…,teriakan mesin akan semakin tinggi..tinggi..dan trs meninggi..,nah sesaat setelah teriakan mesin baru saja meninggi bila kita stop putaran air screw sampai disitu…maka itu yg namanya settingan basah
- Bila putaran air screw td kita teruskan maka teriakan mesin akan terus meninggi..meninggi dan terus meninggi walopun posisi handle gas tetap ditahan pada posisi semula, nah sesaat setelah teriakan sudah mencapai yg paling tinggi maka bila kita stop putaran airscrew sampai disitu maka itu namanya settingan kering.
- Nah kalo mau settingan yg sedang-sedang saja alias gak basah dan gak kering yg berarti putaran air screw diposisikan diantara settingan basah dan kering.
- Settingan basah : adalah settingan untuk iklim panas dan kering, buat touring jarak jauh, atau track panjang, mesin tdk akan cepat panas, settingan basah akan terasa kl putaran bawah (rpm rendah), motor terasa agak lambat berakselerasi dan agak sedikit brebet krn jumlah bensin terlalu kaya sementara jumlah udara terlalu miskin yg diatur lewat bukaan airscrew, tp putaran tengah dan atasnya enak…napas motor terasa lbh panjang.
- Settingan sedang : adalah untuk segala medan, terutama diperkotaan yg tipikal berkendaranya stop and go, settingan sedang enak diputaran bawah sampai putaran atas…,tp tetap putaran bawahnya tidak seenak settingan kering dan putaran atasnya tidak seenak settingan basah, rasanya serba sedang semua.
- Settingan kering : adalah untuk iklim dingin, dan dipergunakan untuk track pendek, motor akan cepat berakselerasi dan terasa ringan, cocok untuk track pendek.
Langkah diatas adalah cara setting paling dasar untuk keperluan harian, adapun untuk tingkat mekanik expert yg untuk balap patokan settingnya lain lg…gak selalu mengacu pada teriakan mesin disaat air screw mulai dibuka…,tetapi disesuaikan dgn kebutuhan track.
Kita ambil contoh FU si lone rider saya :
Untuk dipake 500m cukup pakai PJMJ 38/118..dari putaran bwh udh gesit..13.500RPM enteng diraih, nah PJ/MJ segitu kalo dipaksa 800meter mesin terasa kering dan panas..dan busipun putih. Sedangkan untuk track 800m saya pake PJMJ 38/120 atau 40/118. Tapi untuk touring saya pake 38/120 hanya air screwnya saya kurangin 1/4 putaran (setingan basah).
Sebenarnya kalo motor mau akselerasinya lebih cepet bikin aja setingan kering..PJ-MJ gak usah terlalu besar..,tp itu hanya untuk jarak pendek.
Sekian dan semoga bermanfaat.
Serba Serbi Setting Karburator | Waktu Hujan kok Motor Malah enak, Kenapa yak?
“Achmadd Mujahidd:Mayan rame juga lhoo komen-komenannya, pada dasarnya rata2 sepakat ini soal settingan karburator, yang terkoreksi sendiri karena faktor lingkungan / cuaca. Tapi toh masih banyak juga komenan yang gak sependapat. Kenapa di motor TS ini setingan karbu malah jadi enak waktu ujan?
numpang share nih brooot .
Tadi kan ane ujan ujanan ke kampus, kok motornya enak banget larinya yah ?
Padahal motornya lagi gak sehat broott ?
Hampir aja tadi lupa ngerem keenakan ngebut wkwkwk
Untung gak kpleset”
Like • • Unfollow Post • 3 hours ago via mobile
Berarti setingan karbu tadinya sebenernya cenderung:
A. Kekeringan (miskin)?
atau
B. Kebasahan (kaya)?
———
Hehe, seru juga. Sayapun turut nimbrung urun komentar. Berikut ini saya kopikan tanggapan saya waktu itu, saya rapikan lg sedikit disini biar lebih enak dibaca.
MY RESPON:
Nambahin penjelasan ah siapa tau dapet hadiah..:D
mudah2an pertanyaan brader Achmadd Mujahidd bisa lebih terjawab.
Jadi begini, sumber misterinya dari kasus begini simpelnya karena ‘perubahan kandungan oksigen (O2) diudara’ yang efeknya mempengaruhi setingan karbu (AFR). Kalo brader masih ada yg belum paham tentang AFR silahkan baca baca sendiri aja di google.
Logika dasarnya :
-Semakin padat molekul oksigen diudara, AFR jadi lebih miskin (kering)
-Semakin sedikit molekul oksigen diudara, AFR jadi lebih kaya (basah)
Tiga faktor yg mempengaruhi :
a. SUHU udara. Semakin panas udara, semakin tipis/sedikit oksigen
b. KETINGGIAN lokasi (atitude /dihitung dari permukaan laut). Semakin tinggi lokasi= semakin tipis oksigen.
c. KELEMBABAN (kandungan air di udara). Semakin lembab = semakin dikit oksigen (O2), karena terkontaminasi unsur air (H2O)
Dikasus brader Achmad ini yg motor malah jadi enak waktu kondisi hujan, sepertinya karena faktor C, Kelembaban udara.
Saat hujan kan udara lembab, molekul oksigen yg bisa diserap karbu saat itu jadi lebih sedikit dari biasanya karena banyak kandungan air di udara. Nah kemungkinan setingan karbu bro achmad ini awalnya cenderung terlalu KERING (kebanyakan udara). Sehingga kurangnya pasokan oksigen saat kondisi hujan malah bikin AFR jadi lebih ideal dari sebelumnya. Bukannya jadi brebet, lha motor malah jadi enakan

Tapi diskusi belum selesai sampai disitu, seorang kawan lain melontarkan pertanyaan susulan yang juga menarik. Saya tafsirkan begini:
“Lho katanya di Faktor A, kalo udara DINGIN membuat partikel oksigen di udara lebih rapat/padat. Nah, kalo hujan udah pasti dingin kann. Mestinya setingan karbu berubah jadi lebih KERING dong, kan oksigen jadi lebih padat?Nahhh..disinilah tricky-nya..:D
Kok waktu ujan setingan karbu malah jadi lebih basah ? “
Jadi memang harus dibedakan antara kondisi cuaca dingin vs cuaca Hujan.
Kalo udara dingin tapi kering (gak lembab), faktor A iya berlaku. Setingan karbu akan lebih kering karena partikel oksigen padat diudara.
Tapi pada saat HUJAN jadi lain ceritanya walo saat itu suhunya dingin.
Bisa dibilang kondisi Hujan ini adalah kondisi khusus. Saat kondisi hujan, faktor C (kelembaban udara) lebih berperan karena partikel air sangat dominan diudara. Komposisi mixture (AFR) cenderung lebih basah (kaya) dari biasanya karena oksigen yang bisa dicampur jadi berkurang walo debit udara yang masuk ke karbu volumenya sama.
Prakteknya, antara faktor A, B, dan C memang jarang berdiri sendiri-sendiri. Kondisi-kondisi lingkungan tersebut seringkali terjadi berbarengan, misalnya ya tadi, Dingin sekaligus hujan, padahal efeknya bertentangan. Atau misalnya lingkungan didaerah pegunugnan (puncak); cuaca dingin + lokasi tingi diatas permukaan laut. Dingin = oksigen padat, tapi tempat tinggi = oksigen seharusnya lebih tipis. Belum lagi kalo ditambah hujan pula. Makin pusing dah tuh nyeting karbunya…hahaha.
Jadi memang pasti akan ada ‘kompromi’ dari kombinasi berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi setingan karbu. Untuk pemakaian motor harian seperti kita-kita ini sih sebenarnya gak terlalu masalah. Yang penting tidak over kering atau over basah, cukuplah. Tapi bagi para tuner dan pembalap di trek? hmmm bisa jadi bikin mumet itu. hehe.
Kesimpulan: Take home lesson for daily rider (khususnya pengguna PE28 dan semacamnya)
Jika -dan hanya jika- setingan karbu emang udah enak alias ideal dari awalnya, silahkan lakukan penyesuaian Setting Karburator seperlunya (kalau dibutuhkan) saat menemui kondisi berikut ini:
- Suhu udara panas (oksigen tipis): tambah udara untuk mengimbanginya. Buka air screw kekiri 1/4 – 1/2 puteran mungkin cukup.
- Suhu Dingin -tapi gak ujan ya- (oksigen padat): Sebaliknya dari yg diatas, basahin lagi setingan karbu untuk menyesuaikan. Kurangi suplai udara dengan menutup airscrew ke kanan 1/4 – 1/2 puteran.
- Turing ke dataran tinggi (oksigen tipis, itu jg kalo cerah ya cuacanya
), setingan bisa dikeringin lagi. Caranya kurangi pasokan bensin dengan turun PJ/MJ 1 step, atau kalau emang memadai bisa cukup tambah udara dgn membuka aircrew ke kiri
- Bagaimana kalo ujan ? Nahhh kalo ini pasrah aja lah..Masa ditengah jalan keujanan malah sibuk nyeting karbu..hehe. Mending menepi , cari warung pesen kopi panas sambil ngudud, lebih uenakkk..hahaha. Kecuali kalo lagi wet race alias balapan ujan ujanan…ya monggo aja seting ulang karbu, keringin lagi. Turunin pj/mj atau buka lagi setelan angin /aircsrew.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar