Memahami Cara Kerja Karburator Motor| Panduan Sederhana Untuk Pemula
“Memahami Prinsip Cara Kerja Karburator Motor, Panduan Sederhana untuk Pemula”
Sebagai seorang pemilik kendaraan roda dua alias sepeda motor, tentu sudah sering mendengar istilah “
karburator”.
Walau sudah tidak asing lagi dengan istilah ini, masih cukup banyak jg
pemilik motor yang belum paham tentang fungsi peranti vital yang satu
ini. Terutama kategori rider pemula yang awam permotoran, persis seperti
yang saya alami saat pertama kali punya Satria FU. Sebagai orang awam
motor, saya hanya bisa manggut manggut sok ngerti saja saat ngumpul
bersama kawan kawan FUers lalu mereka dengan semangat berdiskusi tentang
seting karburator. Lha jangankan saya tahu jenis jenisnya atau cara
mensetingnya, mengerti teori atau cara kerja nya pun enggak, hehe. Namun
seiring berjalannya waktu, bertanya, membaca, dan coba otak atik
karburator milik sendiri, ya sedikit sedikit akhirnya rada ngerti juga
tentang si pengabut bensin ini.
Nah di artikel ini, saya coba menceritakan kembali sedikit ulasan
dasar tentang cara kerja karburator motor, saya rangkum dari berbagai
sumber dan referensi, mudah mudahan dapat membantu sesama newbie yang
belum begitu paham tentang prinsip cara kerja karburator.
I. FUNGSI KARBURATOR
Sebagai mesin bakar, kita tahu bahwa motor kita ini perlu bahan bakar
untuk bisa menyala dan beroperasi (selain juga adanya kompresi dan api).
Nah karburator inilah otak utama yang bertanggung jawab pada
pasokan/supply bahan bakar untuk kelangsungan operasional mesin motor
kita. Pengertian ‘bahan bakar’ disini bukan hanya sekedar bensin,
melainkan dalam bentuk campuran bensin + udara dalam komposisi tertentu.
Makanya anda tak bisa menyalakan mesin dengan cara mengguyur /
mengucurkan bensin langsung dari tangki ke dalam ruang bakar mesin.
Bukannya idup, yang ada malah basah kuyup motor kita. hehehe. Disinilah
peran karburator dibutuhkan, karena karburator dirancang untuk
memproduksi campuran bensin + udara yang SIAP dibakar diruang bakar
mesin, ready to burn. Yaitu dengan cara memecah bensin yg ada dimangkuk
karbu menjadi partikel partikel kecil (dikabutkan seperti halnya sistem
spray pada semprotan baygon) lalu mencampurnya dengan partikel oksigen
dari udara luar, baru kemudian mengirimkan campuran siap bakar ini ke
dalam mesin. Jrengg….nyala deh motor.
Mixture Ratio / Air Fuel Ratio (AFR)
Untuk bisa dibakar dengan baik, bensin dan udara harus dicampur dalam
jumlah perbandingan atau komposisi tertentu, istilah kerennya Mixture
Ratio atau Air Fuel Ratio (AFR). Komposisi atau perbandingan
udara+bensin yang ideal untuk pembakaran mesin menurut teori adalah
14,7gr udara untuk setiap 1gr bensin (14,7 : 1). Walau pada prakteknya,
tidak mungkin selalu mendapatkan angka yg tetap karena kondisi internal
mesin dan juga kondisi eksternal lingkungan yg dinamis alias dapat
berubah-ubah yang berpengaruh pada suplai mixture karburator, sehingga
rentang 12: 1 sampai dengan 15:1 sudah bisa dikategorikan ideal.
Komposisi ideal artinya komposisi bensin+udara yang memungkinkan bisa
dibakar dimesin tanpa meninggalkan sisa bensin atau sisa udara yg tidak
terbakar, dengan kata lain Terbakar tuntas. Dari sinilah kemudian timbul
istilah populer yang sering kita dengar di pembahasan soal seting
karbu; yaitu “setingan basah vs setingan kering” atau “campuran kaya vs
campuran miskin”. Itu bukan ngomongin musim hujan atau banyak banyakan
duit ya pemirsa, hehehe. Setingan basah (rich mixture) artinya komposisi
udara lebih sedikit dari kondisi ideal, misalnya 10gr udara :1gr bensin
(AFR 10:1). Setingan kering (lean mixture) artinya komposisi udara
lebih banyak dari kondisi ideal, misalnya 17gr udara :1gr bensin.
Setingan kebasahan membuat terlalu banyak bensin dibanding udara yang
masuk ke mesin, sehingga pada saat pembakaran meninggalkan sisa bensin
yang belum terbakar. Setingan kekeringan ya sebaliknya, pada saat
pembakaran meninggalkan sisa udara yang gagal dibakar didalam mesin.
Oleh karena itu, usaha untuk mendapatkan komposisi campuran udara+bensin
Ideal inilah sesungguhnya yg jadi tujuan utama dari “setting
karburator’ atau disebut juga JETTING.
Lalu bagaimana caranya kita bisa tahu bahwa campuran bensin udara
karburator kita sudah ideal ? Memang ada alat ukurnya yang disebut AFR
Meter, tapi karena tak banyak orang punya alat ini, sebagian besar rider
atau tuner lebih sering mendiagnosa AFR dengan mengenali dan merasakan
langsung gejalanya di mesin, juga dengan bantuan membaca kondisi
penampakan busi. Nah, untuk soal seting mensetting karbu ini lebih baik
dibahas terpisah nanti diartikel
II. PRINSIP KERJA KARBURATOR
Prinsip kerja karburator sebenarnya cukup sederhana yaitu dengan memanfaatkan dua prinsip dasar :
1. Prinsip Tekanan udara atau istilah kerennya atmospheric pressure.
Mungkin pemirsa masih ingat sedikit pelajaran IPA entah itu waktu sd,
smp atau sma, yang menyebutkan bahwa udara akan berpindah atau mengalir
dengan sendirinya dari suatu tempat yg bertekanan lebih tinggi menuju
tempat yg bertekanan lebih rendah. Nah, pada mesin 4 tak alias 4 langkah
seperti halnya satria FU, kevakuman/tekanan rendah tercipta didalam
ruang silinder pada saat langkah hisap (piston bergerak dari titik mati
atas/TMA ke Titik Mati Bawah/TMB). Karena tekanan udara diluar silinder
lebih tinggi, maka udara akan bergerak dari luar melewati lorong
karburator, melewati intake, saluran porting, dan klep IN yang sedang
terbuka menuju silinder dan kemudian mengisi ruang disana sehingga
akhirnya tekanan udara didalam silinder kembali seimbang dengan tekanan
udara diluar silinder. Nah udara yang bergerak mengalir dari luar
melewati lorong karburator inilah yang kemudian dipakai sebagai media
transportasi untuk mengangkut atau membawa serta kabut bensin yang
diproduksi karburator. Boncengers gan…hehe

2. Prinsip Efek Venturi (Venturi Effect)
Lorong / saluran utama didalam karburator disebut sebagai Venturi.
Dengan beberapa ukuran seperti misalnya Karbu standar Satria FU (Mikuni
BS26) yang memiliki diameter venturi 26mm, atau karbu Keihin PE28 yang
memiliki diameter venturi 28mm. Lorong karbu dirancang lebih lebar di
moncong karbu dan menyempit didalam supaya aliran udara dapat bergerak
cepat saat memasuki venturi. Karena aliran udara akan bergerak semakin
cepat saat harus melewati ruang yang lebih sempit. Seperti halnya aliran
air pada sungai yang semakin deras saat memasuki bagian sungai yang
menyempit. Atau air yang memancar lebih deras pada selang yang lebih
kecil. Kaidah fisika juga menyatakan bahwa semakin cepat flow atau
aliran udara disuatu ruang, maka tekanan udara nya justru semakin turun
didalam ruang tersebut. Berdasarkan prinsip ini, udara yang bergerak
cepat sepanjang lorong venturi menyebabkan tekanan udara didalam lorong
venture menjadi turun, lebih rendah dari tekanan udara normal didalam
mangkok karbu (nilai atmospheric pressure normal berkisar 15psi, makanya
ada lubang Ventilasi di mangkok karbu untuk menjaga tekanan tetap
normal didalam mangkuk). Nah, perbedaan tekanan di lorong venturi dengan
di dalam mangkuk karbu ini memungkinkan bensin dari mangkok seperti
terhisap mengalir naik keatas menuju lorong venturi dan ikut tercampur
dengan aliran udara disana menuju mesin.
III. Tipe dan Konstruksi Karburator
Walau hanya sekilas, namun supaya tidak bingung nantinya, saya rasa
perlu disinggung terlebih dahulu tentang adanya dua jenis tipe
karburator yg paling sering kita temui yaitu Tipe Karburator Vakum
(Constant Velocity Carburetor) contohnya ya karbu standar FU, Mikuni
BS26. Dan satu lagi yaitu tipe Karburator Konvensional atau disebut juga
Karbu Skep (Slide Carburetor / Variable Venturi Carburetor), contohnya
adalah karbu Keihin PE28, Keihin PWK28, Mikuni VM28, dsb.
Dua tipe karburator ini sebetulnya tetap bekerja berdasarkan prinsip
yang sama seperti yang dijelaskan di bab diatas (prinsip tekanan udara
dan venturi effect), hanya saja ada sedikit perbedaan pada mekanisme
pengaturan naik turun skep nya. Karbu konvensional naik turun skep
langsung terhubung kabel dengan grip gas, sedangkan di karbu vakum, naik
turun skep tidak langsung terhubung grip gas, tp melalui perantara
katup kupu-kupu terlebih dahulu. Untuk selanjutnya, supaya lebih mudah
dipahami, ilustrasi gambar yang saya pakai akan lebih banyak mencomot
dari tipe karburator konvensional / skep karena saya rasa lebih
sederhana dan bisa lebih mudah dicerna oleh pembaca.

Diagram konstruksi karbu diatas terlalu rumit dan sulit dimengerti?
Tenang, kita akan ulas bertahap satu persatu per bagian supaya lebih mudah dipahami.
Seperti kita tahu, operasional sepeda motor kita ini digunakan secara
dinamis. Kadang santai, Kadang buru buru. Kadang pelan, kadang ngebut.
Kadang dipanteng, kadang dibejek. Pokoknya bervariasi lah. Setiap
perbedaan penggunaan ini tentunya membutuhkan jumlah suplai bahan bakar
yang bervariasi pula. Kecepatan tinggi tentu membutuhkan supply bahan
bakar lebih banyak dibanding pada kecepatan rendah, demikian juga
sebaliknya. Untuk itulah konstruksi karburator dirancang oleh
insinyurnya sedemikian rupa supaya dapat memenuhi supply bahan bakar
secara dinamis menyesuaikan dengan kebutuhan penggunaan mesin yang
bervariasi itu. Didalam karburator terdapat beberapa jalur atau istilah
teknisnya disebut ‘metering circuit’, yaitu jalur jalur yg berfungsi
untuk “metering” atau mengatur jumlah debit bensin+udara yang akan
dikirim ke mesin. Untuk kepentingan praktis pembahasan disini, kita akan
persempit mekanisme metering circuit ini menjadi hanya dua sirkuit saja
yg paling penting untuk keperluan setting yaitu Pilot circuit dan Main
Circuit. Sebetulnya ada yg lain seperti misalnya Starter Circuit, tapi
hanya dimaksudkan untuk mempermudah pembakaran saat kondisi mesin
dingin. Ada juga yang disebut
Power Jet circuit yang hanya ada dibeberapa karbu tertentu. Circuit circuit pendukung ini akan kita kesampingkan saja dulu.
Lalu bagaimana sebuah karburator dapat menentukan circuit mana yang
harus diaktifkan untuk melayani mesin motor yang selalu dinamis ?
Yaitu dengan mengacu pada angkatan skep yang naik turun sesuai
pelintiran grip gas. Perlu ditekankan disini bahwa sirkuit mana yang
berperan akan ditentukan oleh seberapa tinggi angkatan skep (seberapa
dalam anda membuka grip gas pada saat itu),
bukan ditentukan oleh putaran mesin /RPM.
Istilah putaran rendah, sedang atau tinggi bukanlah merupakan ‘sebab’,
melainkan sebuah ‘akibat’ atau efek dari variasi jumlah bahan bakar yang
masuk ke mesin. Posisi angkatan skep lah yang sesungguhnya berfungsi
sebagai pengatur hambatan/restriksi aliran udara yang bisa melewati
lorong venturi karbu, dengan sendirinya jg mengatur tekanan udara rendah
yg dibutuhkan untuk menarik bensin keluar dari mangkuk.
1. PILOT CIRCUIT : Berperan dari bukaan 0 (Langsam) s.d. ¼ bukaan skep.
Pilot circuit juga sering disebut sebagai Low Speed System, karena
sangat terasa pengaruhnya pada saat motor dikendarai di kecepatan
rendah.
Bagian-bagian dari pilot circuit adalah :
a. Pilot Jet,
berfungsi sebagai jalur keluarnya bensin dari mangkuk ke venturi.
Tersedia dengan berbagai nomor ukuran lubang. Semakin besar ukurannya,
semakin banyak pula jumlah bensin yang bisa melalui pilot jet. Misalnya
Pilot jet karbu standar FU berukuran 12,5.
b. Air Jet atau Air Bleed, berfungsi sebagai jalur
masuknya udara dari moncong karbu yang akan dicampur dengan bensin dari
pilot jet. Jumlah udara yang bisa melewati saluran air jet diatur oleh
sebuah sekrup pengatur (adjustment screw). Biasanya ada 3 jalur airbleed
di moncong karbu, satu suplai ke pilot jet, satu ke main jet, dan satu
lg ke sistem chuk. Sebagai contoh dapat dilihat di foto moncong karbu
milik saya sendiri, yaitu karbu Shengwei yang merupakan replika dari
Mikuni VM30.
c. Air Screw,
Sebuah skrup pengatur (adjustment screw) yang menutup dan membuka jalur
lewatnya udara di air bleed yang menuju ke pilot jet. Namun perlu
diketahui bahwa ada dua jenis adjustment screw. Yang pertama ya air
screw ini, biasanya ada di karburator motor 2 tak seperti Keihin PE28,
PWK 28 dsb. Air screw terletak di samping mangkuk dekat moncong karbu.
Sedangkan di karbu motor 4 tak seperti karbu vakum FU, disebutnya Fuel
Screw, bukan air screw. Karena fungsinya memang sudah bukan hanya
mengatur udara, melainkan mengatur debit bensin yg sudah dalam bentuk
mixture (sudah tercampur udara). Posisi skrupnya juga beda, terletak
didekat venturi /manifold, bukan di dekat moncong udara.(
d. Coakan skep atau slide cutaway. Pada praktek
setting karbu pada umumnya, bagian ini jarang sekali disentuh atau
dirubah rubah, biasanya dipercayakan pada kondisi standarnya. Coakan
skep adalah bagian terbuka dipantat skep. Walau skep tertutup penuh,
bagian ini tetap memberi ruang buat udara untuk masuk. Semakin besar
coakan atau cutaway nya, semakin banyak udara yang masuk dan semakin
kering campuran mixture. Efek perubahan cutaway terasa di 1/8 sampai 1/4
skep, bahkan sampai 1/2 bukaan skep sebagai transisi ke putaran tengah.
Namun karena lazimnya part ini dibiarkan standar, maka tidak akan
dibahas detail di artikel ini.
Bagaimana sih sesungguhnya mekanisme Pilot Circuit ini bekerja ?

Jadi begini. Pada saat skep masih tertutup penuh dari langsam sampai
dengan tinggi angkatan ¼, pada saat itu hanya ada sedikit celah saja
dibawah skep yang tersedia udara mengalir di lorong karbu. Aliran udara
yang sedikit ini tidak cukup menciptakan tekanan rendah dilorong karbu
yang dibutuhkan untuk menarik bensin keluar dari jalur utama main jet.
Untuk itu, diperlukan jalur circuit khusus yang bisa tetap mensuplai
mixture ke mesin, yaitu jalur pilot jet dari mangkuk untuk mensuplai
bensin, dikombinasi dengan jalur air bleed dari moncong karbu yang
mensuplai udara untuk memudahkan pengabutan bensin. Jumlah bensin diatur
ukuran pilot jet, jumlah udara diatur bukaan skrup setelan angin / air
screw. Muara jalur ini keluarnya di dekat venturi / arah manifold dengan
2 lubang keluar, yaitu lubang pilot outlet yang terletak diluar bibir
skep, dan lubang by pass yang terletak persis didalam bibir skep. Dengan
begitu, pilot outlet tidak terpengaruh walaupun skep tertutup penuh.
Dengan hanya mengandalkan hisapan kevakuman ruang silinder mesin, pilot
outlet tetap mampu mengalirkan suplai mixture yang dibutuhkan mesin
untuk menyala. Tapi ketika skep sedikit diangkat/terbuka (langsam),
aliran udara dari lorong mulai bertambah masuk dari celah skep. Pada
kondisi ini, suplai bensin dari pilot outlet saja tidak cukup untuk
mengimbangi jumlah udara, untuk itu kekurangan suplai bensin dibantu
oleh tambahan pasokan dari lubang bypass.
Mekanisme lebih lengkap dari pilot circuit dapat ditelaah dari diagram berikut ini
2. MAIN CIRCUIT : Berperan dari ¼ bukaan skep sampai Full throttle (gas poll).
Main circuit atau sirkuit utama juga biasa disebut sebagai High Speed
System, karena sangat terasa pengaruhnya dari kecepatan menengah sampai
kecepatan puncak.
Bagian – bagian dari Main circuit terdiri dari :
a. Jarum Skep (Jet Needle): Part satu ini pasti sudah tidak asing lagi buat pemirsa.
Sesuai namanya ya bentuknya memang seperti jarum, batang panjang yang
meruncing pada ujungnya. Jarum skep berfungsi sebagai pembuka dan
penyumbat jalur keluar bensin dari main jet ke venturi. Pada beberapa
jenis karburator, jarum skep dilengkapi dengan setelan klip di
pangkalnya untuk mengatur ketinggian jarum, yang berpengaruh pada
clearance (celah) diantara jarum dan penampangnya yang nantinya akan
menjadi jalan lewat bensin dari main jet ke venture.
Selain setelan ketinggian klip, celah atau clearance ini juga
dipengaruhi oleh profil atau bentuk jarum skep. Diantaranya diameter
jarum (gemuk vs kurus), taper /keruncingan jarum (landai vs curam),
dirancang secara presisi oleh pembuat karbu sehingga perbedaan sekian
micron pun berpengaruh pada clearance nya.
b. Nosel (Needle Jet) : adalah pasangan dari Jarum
skep. Nosel ini berbentuk pipa yang berfungsi sebagai
penampang/sarung/selongsong atau lintasan bagi jarum skep yg bergerak
naik turun didalam nosel. Seperti halnya coakan skep (cutaway), nosel
juga jarang dirubah rubah atau disentuh pada saat setting karbu. Karena
memang jarang ada part penggantinya. Berbeda dengan pasangannya yaitu
jarum skep, mudah didapatkan jarum ‘racing’ yang bisa diaplikasi untuk
mengganti jarum standarnya.
c. Main Jet : adalah pintu keluar utama bensin dari
mangkuk karbu. Main jet terhubung langsung ke nosel. Jika pilot jet
berperan di kecepatan rendah, maka main jet berperan untuk kecepatan
tinggi. Seperti halnya pilot jet, Main jet juga memiliki berbagai nomor
ukuran. Semakin besar ukuran mainjet, semakin banyak debit bensin yang
dapat disalurkan. Contoh ukuran Main Jet standar karbu FU adaah 110.
Bagaimana mekanisme Main Circuit alias sirkuit utama ini bekerja ?

Pada saat gas dipelintir lebih dalam, skep naik diatas ¼ angkatan,
membuka pintu aliran udara menjadi lebih deras di lorong karbu. Tekanan
rendah yang tercipta pada kondisi ini memadai untuk menarik bensin naik
dari mangkuk melalui jalur main jet. Pada operasional kecepatan menengah
ini, seberapa banyak jumlah bensin yang bisa naik keluar ke venturi
akan ditentukan oleh celah clearance sumbatan jarum skep didalam nosel.
Semakin naik jarum skep, semakin lapang pula jalan keluar bensin dari
main jet. Sampai akhirnya ketika skep naik melebihi ¾ angkatan (full
throttle), jarum skep terangkat sepenuhnya dari nosel, memberi ruang
bebas tanpa hambatan untuk jalur bensin dari main jet. Sehingga pada
kondisi gaspol atau full throttle ini, jarum skep sudah tidak lagi
berfungsi, debit bensin hanya tinggal dibatasi ukuran main jet saja.
Perlu juga diketahui bahwa pada main circuit pun ada jalur air jet
terpisah yg mengalirkan sebagian udara dari moncong karbu terhubung ke
jalur main jet/nosel, tapi air jet ini tidak bisa diatur oleh skrup
airscrew seperti halnya jalur air jet yang terhubung ke pilot jet. Jadi
sebelum sampai ke venturi, bensin yang melalui main jet dan nosel sudah
dicampur terlebih dahulu (dikabutkan) dengan udara yang disuplai dari
jalur air jet. Baru kemudian mixture ini bergabung dengan aliran udara
di lorong karbu/venturi.
Pemirsa, berhubung saya sudah tak punya karbu Keihin PE28 yang
populer untuk contoh artikel, dirumah adanya cuma karbu china yang
nemplok di Satria FU saya. Jadi saya ambil saja foto fotonya untuk
artikel ini, mudah2an dapat lebih memperjelas contoh ilustrasi part part
didalam karburator.

Fiuhhh..tak terasa panjang juga ya ulasan tentang si karburator ini.
Walau sederhana, peran peranti satu ini memang vital. Pemahaman tentang
dasar logika karburator ini menurut saya perlu sekali dipahami oleh
seorang rider atau bikers. Dengan memahami cara kerja dasarnya,
setidaknya kita dapat lebih mudah mendiagnosa dan mencari solusi ketika
ada masalah pada performa karbuartor motor kita.
Terkait setting atau jetting karburator, saya rasa akan terlalu
panjang kalau dibahas disini. Walaupun saya juga masih kurang pengalaman
soal setting karburator, tapi biarlah nanti di kesempatan berikutnya
saya akan coba menulis tentang dasar-dasar setting karburator motor yg
bisa diterapkan sendiri oleh rider awam seperti halnya saya sendiri.
Jika anda suka artikel ini, mohon sudi membantu menSHARE nya kepada
teman teman yang lain.
Sampai Jumpa di artikel selanjutnya.
Panduan Dasar Setting Airscrew (Setelan Angin) Karburator
Setting karbu itu gak susah, tapi juga gak gampang, hehe. Dasar cara
kerja karburator sebetulnya sama.
Namun walaupun sama, setiap motor tak selalu sama persis lhoo
setingannya. Bisa saja terjadi setingan yang enak disatu motor, kurang
enak dipake motor lain, padahal jenis karbu dan spek motornya sama.
Makanya wajar, banyak rider yang sampe jauh-jauh mendatangi bengkel
tertentu hanya karena untuk ‘disetingin’ karburatornya. Kalo ditanya,
ngapain jauh-jauh dateng kesitu? jawabnya; soalnya disini enak setingan
karbunya bro.
Nah bicara soal seting karbu, minggu kemarin ceritanya saya bertemu dengan bro Joko, itu lho, empunya
FU Lone Rider
yang sanggup tembus 160 kpj dgn hanya modal 3 pilar. Kami janjian
ketemu karena saya ingin menjajal salah satu knalpot handmade
rancangannya. Sekalian ketemu, saya juga menawarkan kepadanya siapa tau
mau menyumbang tuisan di rubrik artikel tamu http://harianotomotif.blogspot.com satria155.com. Dan joko pun
mengiyakan. Dan berikut inilah coretan singkat dari Ki Joko,
menjelaskan tentang salah salah satu aspek penting dalam setting
karburator, yaitu menyeting Airscrew alias puteran angin. Dan menurut
saya layak dishare disini, karena masih banyak kok rider yang sama
sekali gak tahu atau mungkin ‘gak berani’ setting airscrew sendiri.
Padahal part yang satu ini cukup krusial mempengaruhi kinerja
karburator. Mudah2an dengan panduan dari bro Joko ini bisa bermanfaat
untuk rider FU khususnya spy bisa menyeting karbunya sendiri (PE28
ataupun karbu standar).
———
MAKSIMALISASI KINERJA KARBU LEWAT SETING AIRSCREW SESUAI KEBUTUHAN
Writen by The Lone Rider, Joko Prasetyo Subangun Bantal
Seperti yang kita ketahui, karbu adalah piranti pencampur antara
udara dan bensin yg akan mengubah menjadi butiran spray/uap yg nantinya
akan masuk kedalam mesin lewat intake/manifold, dgn campuran udara dan
bensin yg pas atau bahasa teknisnya dgn AFR (air fuel ratio) yg pas maka
performa motorpun akan optimal sebagaimana seharusnya.

Pada karbu skep, yg bertugas untuk mengatur debit udara adalah baut airscrew.
Sebelumnya perlu diketahui jg, bahwa setting airscrew karbu utamanya
adalah untuk mengoptimalkan kinerja putaran bawah alias kinerja pilot
jet (0-5rb RPM)..,walaupun secara keseluruhan jg berpengaruh kepada
kinerja mainjet dan jet niddle (jarum skep) diputaran menengah dan atas.
Perlu diketahui juga, setting airscrew karbu bukanlah segalanya.
Tetapi kesesuaian besaran angka pilot jet dan main jet juga berpengaruh,
artinya kalo pilot jet/main jet kekecilan atau kegedean walaupun
airscrew karbu disetting sampai lumutan ya tetep aja gak bisa optimal.
Nah adapun cara setting karbu yg umum dilakukan oleh para mekanik dan bisa diterapkan oleh kita adalah sebagai berikut..
- Posisikan motor di standart tengah
- Nyalakan mesin
- Putar/tutup air screw, seiring dgn makin menutupnya baut air screw
maka motor akan brebet, nah pertahankan agar mesin tidak mati dgn
menyesuaikan lewat bukaan handle gas di stang, tahan di kisaran RPM
4-5rb.
- Saat posisi airscrew sudah tertutup dan mesin sudah brebet…,maka
putar/bukalah air screw perlahan-lahan..seiring bukaan air screw maka
mesinpun akan mulai berteriak/RPM akan naik dgn sendirinya walopun
handle gas kita tahan diposisi semula…,teriakan mesin akan semakin
tinggi..tinggi..dan trs meninggi..,nah sesaat setelah teriakan mesin
baru saja meninggi bila kita stop putaran air screw sampai disitu…maka
itu yg namanya settingan basah
- Bila putaran air screw td kita teruskan maka teriakan mesin akan
terus meninggi..meninggi dan terus meninggi walopun posisi handle gas
tetap ditahan pada posisi semula, nah sesaat setelah teriakan sudah
mencapai yg paling tinggi maka bila kita stop putaran airscrew sampai
disitu maka itu namanya settingan kering.
- Nah kalo mau settingan yg sedang-sedang saja alias gak basah dan gak
kering yg berarti putaran air screw diposisikan diantara settingan
basah dan kering.
- Settingan basah : adalah settingan untuk iklim panas dan kering,
buat touring jarak jauh, atau track panjang, mesin tdk akan cepat panas,
settingan basah akan terasa kl putaran bawah (rpm rendah), motor terasa
agak lambat berakselerasi dan agak sedikit brebet krn jumlah bensin
terlalu kaya sementara jumlah udara terlalu miskin yg diatur lewat
bukaan airscrew, tp putaran tengah dan atasnya enak…napas motor terasa
lbh panjang.
- Settingan sedang : adalah untuk segala medan, terutama diperkotaan
yg tipikal berkendaranya stop and go, settingan sedang enak diputaran
bawah sampai putaran atas…,tp tetap putaran bawahnya tidak seenak
settingan kering dan putaran atasnya tidak seenak settingan basah,
rasanya serba sedang semua.
- Settingan kering : adalah untuk iklim dingin, dan dipergunakan untuk
track pendek, motor akan cepat berakselerasi dan terasa ringan, cocok
untuk track pendek.
Tapi pada karbu vakum nyetting karbunya membutuhkan kepekaan yg lebih
tajam, karena apa…? karena pada karbu vakum naik turunnya skep+jarum
skep tidak diatur lewat handle gas, melainkan lewat kevakuman udara
didalam mesin, jadi terkadang kalo skep karbunya sudah baret, dan naik
turunnya skep tidak lancar, maka ketika air screw kita putar/buka maka
putaran mesin meningginya telat/terlambat…,bahkan kadang tidak meninggi
sama sekali.
Langkah diatas adalah cara setting paling dasar untuk keperluan
harian, adapun untuk tingkat mekanik expert yg untuk balap patokan
settingnya lain lg…gak selalu mengacu pada teriakan mesin disaat air
screw mulai dibuka…,tetapi disesuaikan dgn kebutuhan track.
Kita ambil contoh FU si lone rider saya :
Untuk dipake 500m cukup pakai PJMJ 38/118..dari putaran bwh udh
gesit..13.500RPM enteng diraih, nah PJ/MJ segitu kalo dipaksa 800meter
mesin terasa kering dan panas..dan busipun putih. Sedangkan untuk track
800m saya pake PJMJ 38/120 atau 40/118. Tapi untuk touring saya pake
38/120 hanya air screwnya saya kurangin 1/4 putaran (setingan basah).
Sebenarnya kalo motor mau akselerasinya lebih cepet bikin aja
setingan kering..PJ-MJ gak usah terlalu besar..,tp itu hanya untuk jarak
pendek.
Sekian dan semoga bermanfaat.
Serba Serbi Setting Karburator | Waktu Hujan kok Motor Malah enak, Kenapa yak?
Ini cuman coretan iseng aja sebelum bobo tadi malem. Sekedar cuplikan
diskusi dari sebuah pertanyaan sederhana yang dilemparkan seorang
member forum FU di facebook. Bunyinya begini:
“Achmadd Mujahidd:
numpang share nih brooot .
Tadi kan ane ujan ujanan ke kampus, kok motornya enak banget larinya yah ?
Padahal motornya lagi gak sehat broott ?
Hampir aja tadi lupa ngerem keenakan ngebut wkwkwk
Untung gak kpleset”
Like • • Unfollow Post • 3 hours ago via mobile
Mayan rame juga lhoo komen-komenannya, pada dasarnya rata2 sepakat
ini soal settingan karburator, yang terkoreksi sendiri karena faktor
lingkungan / cuaca. Tapi toh masih banyak juga komenan yang gak
sependapat. Kenapa di motor TS ini setingan karbu malah jadi enak waktu
ujan?
Berarti setingan karbu tadinya sebenernya cenderung:
A. Kekeringan (miskin)?
atau
B. Kebasahan (kaya)?
———
Hehe, seru juga. Sayapun turut nimbrung urun komentar. Berikut ini saya
kopikan tanggapan saya waktu itu, saya rapikan lg sedikit disini biar
lebih enak dibaca.
MY RESPON:
Nambahin penjelasan ah siapa tau dapet hadiah..:D
mudah2an pertanyaan brader Achmadd Mujahidd bisa lebih terjawab.
Jadi begini, sumber misterinya dari kasus begini simpelnya karena
‘perubahan kandungan oksigen (O2) diudara’ yang efeknya mempengaruhi
setingan karbu (AFR). Kalo brader masih ada yg belum paham tentang AFR
silahkan baca baca sendiri aja di google.
Logika dasarnya :
-Semakin padat molekul oksigen diudara, AFR jadi lebih miskin (kering)
-Semakin sedikit molekul oksigen diudara, AFR jadi lebih kaya (basah)
Tiga faktor yg mempengaruhi :
a. SUHU udara. Semakin panas udara, semakin tipis/sedikit oksigen
b. KETINGGIAN lokasi (atitude /dihitung dari permukaan laut). Semakin tinggi lokasi= semakin tipis oksigen.
c. KELEMBABAN (kandungan air di udara). Semakin lembab = semakin dikit oksigen (O2), karena terkontaminasi unsur air (H2O)
Dikasus brader Achmad ini yg motor malah jadi enak waktu kondisi hujan, sepertinya karena faktor C, Kelembaban udara.
Saat hujan kan udara lembab, molekul oksigen yg bisa diserap karbu
saat itu jadi lebih sedikit dari biasanya karena banyak kandungan air di
udara. Nah kemungkinan setingan karbu bro achmad ini awalnya cenderung
terlalu KERING (kebanyakan udara). Sehingga kurangnya pasokan oksigen
saat kondisi hujan malah bikin AFR jadi lebih ideal dari sebelumnya.
Bukannya jadi brebet, lha motor malah jadi enakan

. Lain halnya kalo setingan awalnya sudah ideal atau sudah kaya,
dikasi ujan-ujanan ya jadi blebek karena AFR jadi makin basah akibat
suplai udara berkurang.
Tapi diskusi belum selesai sampai disitu, seorang kawan lain
melontarkan pertanyaan susulan yang juga menarik. Saya tafsirkan begini:
“Lho katanya di Faktor A, kalo udara DINGIN membuat
partikel oksigen di udara lebih rapat/padat. Nah, kalo hujan udah pasti
dingin kann. Mestinya setingan karbu berubah jadi lebih KERING dong, kan
oksigen jadi lebih padat?
Kok waktu ujan setingan karbu malah jadi lebih basah ? “
Nahhh..disinilah
tricky-nya..:D
Jadi memang harus dibedakan antara kondisi
cuaca dingin vs cuaca Hujan.
Kalo udara dingin tapi kering (gak lembab), faktor A iya berlaku.
Setingan karbu akan lebih kering karena partikel oksigen padat diudara.
Tapi pada saat HUJAN jadi lain ceritanya walo saat itu suhunya dingin.
Bisa dibilang kondisi Hujan ini adalah kondisi khusus. Saat kondisi
hujan, faktor C (kelembaban udara) lebih berperan karena partikel air
sangat dominan diudara. Komposisi mixture (AFR) cenderung lebih basah
(kaya) dari biasanya karena oksigen yang bisa dicampur jadi berkurang
walo debit udara yang masuk ke karbu volumenya sama.
Prakteknya, antara faktor A, B, dan C memang jarang berdiri
sendiri-sendiri. Kondisi-kondisi lingkungan tersebut seringkali terjadi
berbarengan, misalnya ya tadi, Dingin sekaligus hujan, padahal efeknya
bertentangan. Atau misalnya lingkungan didaerah pegunugnan (puncak);
cuaca dingin + lokasi tingi diatas permukaan laut. Dingin = oksigen
padat, tapi tempat tinggi = oksigen seharusnya lebih tipis. Belum lagi
kalo ditambah hujan pula. Makin pusing dah tuh nyeting karbunya…hahaha.
Jadi memang pasti akan ada ‘kompromi’ dari kombinasi berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi setingan karbu. Untuk pemakaian motor
harian seperti kita-kita ini sih sebenarnya gak terlalu masalah. Yang
penting tidak over kering atau over basah, cukuplah. Tapi bagi para
tuner dan pembalap di trek? hmmm bisa jadi bikin mumet itu. hehe.
Kesimpulan: Take home lesson for daily rider (khususnya pengguna PE28 dan semacamnya)
Jika -dan hanya jika- setingan karbu emang udah enak alias ideal dari
awalnya, silahkan lakukan penyesuaian Setting Karburator seperlunya
(kalau dibutuhkan) saat menemui kondisi berikut ini:
- Suhu udara panas (oksigen tipis): tambah udara untuk mengimbanginya. Buka air screw kekiri 1/4 – 1/2 puteran mungkin cukup.
- Suhu Dingin -tapi gak ujan ya- (oksigen padat): Sebaliknya dari yg
diatas, basahin lagi setingan karbu untuk menyesuaikan. Kurangi suplai
udara dengan menutup airscrew ke kanan 1/4 – 1/2 puteran.
- Turing ke dataran tinggi (oksigen tipis, itu jg kalo cerah ya cuacanya
), setingan bisa dikeringin lagi. Caranya kurangi pasokan bensin dengan
turun PJ/MJ 1 step, atau kalau emang memadai bisa cukup tambah udara
dgn membuka aircrew ke kiri
- Bagaimana kalo ujan ? Nahhh kalo ini pasrah aja lah..Masa ditengah
jalan keujanan malah sibuk nyeting karbu..hehe. Mending menepi , cari
warung pesen kopi panas sambil ngudud, lebih uenakkk..hahaha. Kecuali
kalo lagi wet race alias balapan ujan ujanan…ya monggo aja seting ulang
karbu, keringin lagi. Turunin pj/mj atau buka lagi setelan angin
/aircsrew.
Have a nice riding,